Entri yang Diunggulkan

tentang saham

Banyak yang bingung apa itu saham. Banyak yang tidak mengerti apa itu surat berharga. Yang diketahui hanyalah kalau saham bisa memberi keu...

Saturday, February 25, 2017

Munehisa Homma alias Sokyu Homma alias Sokyu Honma


Munehisa Homma ,alias Sokyu Homma alias Sokyu Honma (1724-1803) adalah seorang pedagang beras dari Sakata, Jepang, yang berdagang di Pasar Beras Ojima di Osaka selama masa Tokugawa Shogunate. Dia dikenal sebagai Bapak Grafik Batang Lilin/Candlestick dan karena kesuksesannya dalam berbisnis itulah yang akhirnya menjadikan dia sebagai seorang Samurai Kehormatan.

Sampai sekitar tahun 1710, hanya beras secara fisik yang diperdagangkan, namun kemudian pasar resi gudang (futures market) muncul ketika resi gudang (kupon)—kontrak pengiriman beras di masa yang akan datang—mulai digunakan. Dari situlah pasar sekunder yang memperdagangkan kupon beras muncul. Cerita yang berkembang tentang Munehisa menyebutkan bahwa ia membangun jaringan bisnis setiap 6 Km antara Sakata dan Osaka (jarak Sakata-Osaka sekitar 600 Km) untuk mengkomunikasikan harga pasar.

Pada tahun 1755, Homma menulis buku berjudul San-en Kinsen Hiroku, buku pertama tentang psikologi pasar. Dalam buku tersebut ia menyatakan bahwa aspek psikologis pasar penting untuk memperoleh kesuksesan dalam berbisnis dan emosi pedagang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga beras. Menurutnya, hal tersebut bisa digunakan untuk menentukan posisi terhadap pasar ketika bearish, karena ada penyebab harga akan naik, dan sebaliknya.

Ia menggambarkan rotasi Yang (a bull market), dan Yin (a bear market) dan menyatakan bahwa tiap jenis pasar adalah penyebab untuk jenis lainnya. Ia juga diduga menggunakan cuaca dan volume pasar seperti halnya ia menggunakan harga dalam menentukan posisi dagang (trading positions).
Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia juga menulis dua buku lainnya, yakni: Sakata Senjyutsu Syokai dan Sokyu Soba Zanmai Den.
Homma menjalankan bisnis beras keluarga dan beras telah menjadi darah kehidupan di Jepang. Lebih dari sekedar bahan pangan, beras telah menjadi bagian dari budaya di sana. Desa-desa yang berkembang, menyandarkan kehidupannya pada siklus penanaman, pertumbuhan, dan panen beras. Banyak sekali bagian dari siklus tersebut yang dirayakan dengan berbagai pesta, festival, serta upacara seremonial. Beras merupakan komoditas yang sangat prestisius.

Beras tak hanya sekedar komoditas perdagangan, beras juga menjadi sentra kebudayaan orang Jepang. Dari beraslah dihasilkan Sake (minuman khas Jepang), kue beras, tepung beras, cuka beras, dan masih banyak lagi. Tanaman padi tidak hanya ditanam untuk memperoleh butir padinya, tetapi daun-daunan tanamannya yang hijau dan rimbun ketika dikeringkan akan menjadi jerami. Jerami juga merupakan bagian penting dalam kehidupan orang Jepang. Dari jerami, masyarakat desa di Jepang Utara bisa membuat topi, pakaian, peralatan rumah tangga, dan bahkan kertas. Mereka juga bisa membuat perlengkapan ibadah, topeng, dekorasi dan ratusan perlengkapan dan peralatan sehari-hari. Beras adalah penunjang utama ekonomi Jepang saat itu.

Dalam aturan feodal, para Daimyo mengumpulkan butir padi dari para petani sebagai pajak tanah dan menjualnya dari gudang. Perdagangan beras adalah jalan hidup bagi orang Jepang yang berada dalam strata petani dan pedagang. Kemudian beras menggantikan mata uang sebagai penyimpan nilai atau penilai kekayaan di tanah feodal Jepang.
Hari ini akan menjadi hari yang paling penting dalam hidup Homma, hari ketika ia sendiri membuat dirinya berada dalam suatu petualangan besar yang akan melihat dia menjangkau kemuliaan, kemasyhuran, dan keberuntungan. Hari yang sebenarnya akan melihat seorang pedagang beras yang rendah hati dari kelas pedagang menerima anugerah kehormatan terbesar di negaranya.

Senin pagi ini Homma duduk bersila di atas tikar jeraminya yang berharga di gudang beras milik keluarganya dan memaksa dirinya untuk berkonsentrasi pada daftar pengiriman dan inventaris yang membutuhkan perhatiannya setiap pagi. Ia terlihat berlama-lama dekat tumpukan kertas denda dan kertas-kertas padi di samping meja tulis kecilnya, dan melihat kertas perkamen. Perkamen-perkamen itu tak biasanya dipesan ke Homma oleh teman baiknya, Nomura San, yang membuat Tahu terbaik di Jepang dan memiliki akses ke perkamen yang dibuat di Kyoto.

Kertas aneh biasanya tidak terbuat dari tanaman padi. Apa yang biasanya disebut orang sebagai kertas khusus adalah yang terbuat dari tiga bahan tradisional, yakni kozo (mulberry), gampi, atau mitsumata. Tetapi ini adalah kertas yang sangat khusus untuk tujuan yang sangat khusus pula. Kertas-kertas ini merupakan hasrat terbesar Homma. Lebih berharga daripada tanah dan gudang keluarga maupun inventaris beras yang disimpan di enam gudang yang terpisah. Kertas-kertas itu dibubuhi simbol-simbol aneh yang semuanya digambar sendiri oleh Homma. Simbol-simbol itu dibuat naik dan turun pada permukaan lembaran dalam bentuk putaran dan pola yang aneh. Kemudian pada bagian bawah dan samping setiap lembaran perkamen dibubuhi angka.

Beberapa simbol yang tak dapat dibaca diberi warna merah, sedangkan bagian lain tidak. Upaya untuk membuat simbol-simbol ajaib itu sudah dilakukan Homma sejak lama. Selama 15 tahun Homma melakukan riset menggunakan referensi kuno, berpikir apa yang ia lihat dan apa yang ia pelajari dan selalu berusaha untuk menyempurnakan pemahamannya terhadap bahasa aneh yang mengandung simbol-simbol. Kerjaan yang membuat frustrasi.

Ketika Homma putus asa dalam membuat terobosan intelektual, dia tahu apa yang harus dilakukan. Dia pergi ke kebun kecilnya dimana ada satu batu besar berlumut yang ditempatkan dengan strategis di antara sungai kecil dan dua pohon buah Seri tua. Homma menatapi batu itu dan diam dalam perenungan. “Wa” (keseimbangan) kembali hadir dalam pikirannya. Sesuatu dalam dirinya memaksa ia kembali melakukan riset. Instingnya mengatakan bahwa jika dia dapat membaca sebagian kecil saja bahasa aneh itu maka masalah akan terselesaikan, tetapi pencarian tampaknya tak pernah berakhir.

Homma memberi nama ke masing-masing simbol dan mencari rangkaian yang berulang. Hal itu menjadi pekerjaan yang sangat sulit karena ada banyak sekali simbol. Setelah bertahun-tahun, Homma secara bertahap memperoleh sesuatu yang ia cari. Hal itu tidak datang begitu saja tetapi merupakan hasil dari pemahaman. Tentu saja ini adalah wawasan dan pengetahuan yang langka.

Akhirnya Homma meninggalkan sementara bisnis keluarganya dan menarik kertas perkamen padi besar ke sisinya. Dia terpesona menatap lembaran-lembaran perkamen itu, kemudian ia mencelupkan alat tulisnya yang terbuat dari bulu ke dalam tinta, ia mengatur catatannya, dan dengan hati-hati menggambar segi empat kecil ke arah yang tepat, lalu menggambar garis kecil dari puncak segi empat ke arah atas. Kemudian ia menggambar garis lain yang sama panjang pada bagian bawah segi empat tersebut. Dengan tenang dan latihan yang lama ia akhirnya mewarnai segi empat itu dengan tinta merah dan kembali duduk. Ia mengulangi cara tersebut pada beberapa kertas perkamen lain dan berhati-hati menempatkan setiap lembar hingga tintanya kering.

Homma memandangi gambarnya selama satu jam seraya meneguk secangkir teh Sencha. Ia sudah mencapai tahap dimana ia dapat membaca beberapa simbol rahasia. Pada saatnya nanti ia akan menguasai semuanya. Ia memahami bahwa semuanya memiliki konsekuensi. Satu simbol mengindikasikan beberapa kemngkinan, sementara simbol yang lain memiliki arti berbeda. Dari pemahamannya yang terbatas, ia mengisolasi satu kelompok kecil simbol dan memperhatikan apa yang terjadi ketika urutan spesifik muncul. Ia telah menguji urutan ini dalam risetnya ratusan kali dan ia telah melihat pengulangannya berkali-kali. Risetnya meliputi arsip selama lebih dari 1500 tahun. Tak seorang pun pernah mengamati suatu peristiwa yang muncul kembali dalam jangka waktu yang sangat lama seperti itu. Kini akhirnya ia siap.

Besok ia akan pergi meninggalkan pasar beras dan akan memenuhi panggilan kebenarannya, tanpa disadari ia telah mencatatkan dirinya ke dalam lembaran sejarah. Persiapannya telah matang, ia membayangkan membagi pemikiran dan pengetahuannya kepada orang lain. Di penghujung hari, Homma minum secangkir Gyokuro (“embun permata”, teh Jepang yang paling istimewa) untuk merayakan kesuksesan hari ini. Homma hampir saja mempertaruhkan hidupnya. Pertaruhan bukan karena kepastian tetapi karena kemungkinan atau peluang. Dari penelitian Homma yang tiada akhir, ia dapat menghitung probabilitas dengan lebih baik bila dibandingkan dengan orang lain.

Homma merasa diberkahi tinggal di Osaka dan yakin diberkahi untuk mengetahui tentang beras. Homma tahu banyak tentang beras. Ini adalah hari pertama.
Selasa, Homma tiba di pasar beras. Sekelompok petani manarik kereta mereka yang memuat beras dan bergerak menuju pusat kota. Di sana, para pedagang akan memeriksa dan melakukan tawar-menawar dengan para petani dan perwakilan mereka untuk menentukan harga beras hari ini, baik untuk beras yang berasal dari petani lokal maupun dari daerah pedalaman. Para petani dan agen mereka suka berkumpul. Panen di awal musim ternyata cukup berhasil, beras yang dihasilkan lumayan baik kualitasnya, tetapi sayang bisnis beras sedang lesu. Para pedagang tak punya hasrat untuk membeli, mereka minum teh sambil bersenda gurau.

Para pedagang besar di Osaka memperlihatkan sikap cuek. Hanya duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan kemauan membeli. Taktik ini selalu menjatuhkan mental para petani. Pembeli besar menggunakan kartel informal yang mengendalikan harga beras. Mereka bisa mendapatkan beras hanya dengan menunggu. Para petani punya beras lebih di ladang mereka dan panen besar akan datang dari daerah perkembangan beras ke Utara dan pedalaman. “Ya”, kata mereka kepada petani lokal, “ini adalah panen beras yang bagus; para dewa tersenyum dan kamu juga beruntung; tapi maaf, gudang kami penuh dan tidak ada orang yang membeli beras, kami tidak begitu berminat membeli beras hari ini”.

Dengan tenang Homma memulai bisnisnya, menyapa para petani, menanyakan kesehatan mereka dan keluarganya, dan membeli beras mereka. Sepanjang hari, pedagang lain memperhatikan Homma yang dengan tenang menyapa petani di pasar kemudian membeli, membeli, dan membeli. Apa yang ia lakukan? Mengapa ia membeli? Tidakkkah dia tau bahwa sekarang adalah awal masa panen dan harga beras akan cenderung turun ketika semakin banyak beras yang masuk ke pasar? Anak bodoh; tidak bisa bersabar; memalukan sekali buat keluarganya! Ini bukanlah cara pedagang beras Osaka. Ini adalah hari kedua.
Rabu, proses berulang. Homma tetap membeli, sementara pedagang lain mengabaikan petani baru yang datang ke pasar dengan kereta yang membawa karung-karung berisi beras baru. Hari ini terlihat jelas bahwa pasokan beras yang tiba di pasar lebih sedikit daripada kemarin. Kartel sekarang terang-terangan menghina Homma karena melihat ia kembali dengan tenang membeli beras. Homma tak gelisah, ia tahu bahwa orang lain tak tahu, karena Homma memiliki hampir semua “permata” yang ada di pasar. Homma punya mata pisau! Mata pisaunya adalah bahwa ia tahu tentang pasar yang pedagang lain tidak tahu. Dalam istilah modern ia punya keuntungan kompetitif yang besar.

Pada tengah hari, seekor kuda yang kehausan dan penunggangnya yang kusut tiba di pusat kota. Sang penunggang bergegas menemui pemimpin pedagang Osaka, berjongkok di dekatnya dan membisikkan sesuatu. Pelayan berita menyampaikan kenyataan kepada pedagang. Penunggang dari Utara datang untuk membawa berita buruk kepada kartel pedagang. Hujan yang terjadi di luar musim pada mayoritas daerah pertumbuhan menggagalkan panen tahunan! tidak akan ada panen berlimpah tahun ini dan harga beras akan terus naik seiring kelangkaan beras.

Sekarang pedagang Osaka bergerak dengan rasa cemas dan bergegas menemui petani. Tanpa cadangan yang berlimpah, mereka datang karena situasi, mereka harus membeli apa yang bisa dibeli dari pasokan lokal. “Maaf”, kata si petani besar, “semua persediaan beras saya sudah dijual ke Homma”. “Apa yang akan kamu bawa ke Osaka besok” tanya si pedagang. “Maaf” ulang si petani, “Semua hasil panen tahun ini dari sawah saya sudah dijual ke Homma”. Cerita yang sama terus berulang dengan petani yang lain. Hanya ada sedikit beras yang akan dibawa ke seluruh Osaka.

Homma telah menguasai pasar beras Osaka! Ini adalah hari ketiga
Para pedagang menyalahkan sumber informasi mereka dan mencemooh pencari berita. Kuda mereka terlalu lambat, penunggangnya malas, mereka mendapatkan pukulan telak, penjelasan yang mungkin adalah Homma pasti memiliki intel yang lebih baik. Dia pasti punya kurir merpati untuk mengetahui semua hal. Sekarang para pedagang terpaksa membeli beras dari Homma dan dia pasti meminta harga yang tinggi.

Ketika matahari terbit pada hari keempat, Homma duduk di gudangnya dengan lembaran kertas bersimbol aneh kesayangannya. Seseorang bekerja semalaman untuk menyimpan cadangan beras di gudangnya. Gudang tambahan digunakan untuk menyimpan beras yang akan tiba dari sawah setempat. Gudang beras di Osaka tahun ini sedang murah karena panen beras hanya terbatas untuk pasokan lokal. Dalam satu jam pedagang beras Osaka akan berada di depan pintunya, dengan putus asa membeli beras musim terbaru yang mereka tolak tiga hari lalu. Senjata Homma tak secepat kuda atau merpati, tetapi Homma mampu mengabaikan isu yang bermunculan.

Senjata Homma adalah kertas perkamen. Semua pola aneh yang digambar Homma pada perkamen setiap pagi merupakan catatan harga beras pada beberapa hari dan minggu sebelumnya, dan catatan itu digambar dengan cara khusus. Homma telah menemukan grafik pasar modern, pola cantiknya dikenal dengan istilah “Batang Lilin” (Candlestick). Dari pola batang lilin, Homma dapat memprediksi arah harga beras di masa depan. Pengetahuan ini adalah senjata Homma yang sangat berharga.

Homma telah mengalahkan kartel pedagang beras dan akan selamanya menjadi supremasi pedagang beras Osaka. Hanya dalam empat hari Homma sudah menjadi raja pedagang beras. Grafik batang lilinnya merefleksikan semua yang diketahui tentang harga pembukaan, tertinggi, terendah, dan harga penutupan. Hubungan dengan harga pembukaan akan menentukan apakah batang lilin akan kosong (harga bergerak dari pembukaan ke penutupan) atau terisi (biasanya merah atau hitam). Homma memberi nama setiap pola: Long days, Short days, White Marubozu, Black Marubozu, Spinning tops, Stars, Rain drops, Dark Cloud Cover, Evening Star, Doji, Three Black Crows, Dragonfly Doji, Hanging Man, dll. Semuanya memiliki arti spesifik bagi Homma.

Setelah mendominasi pasar beras Osaka, Homma menjadi pembuat grafik pertama yang menaklukkan perdagangan Muneisha di pasar Edo dimana ia dilaporkan telah membuat seratus kemenangan. Homma jadi ngetop di seluruh penjuru Jepang. Ia dijuluki dewa pasar. Ia kemudian menjadi penasihat keuangan kekaisaran Jepang dan diangkat sebagai Samurai, penghargaan tertinggi yang diberikan kepada warga Jepang. Bukunya “Sakata Shenso” dan “Sob Sani No Den” meningkatkan reputasinya, dan aturannya dikenal sebagai “Hukum Sakata”. Hukum Sakata adalah dasar pembuatan grafik batang lilin modern.

Bursa beras Dojima secara resmi terbentuk pada akhir tahun 1600-an. Setelah 1710, perdagangan beras meluas ke penerbitan dan negosiasi tanda terima / resi gudang / kupon beras, bentuk awal dari produk futures modern, dan beras menjadi penunjang utama ekonomi Osaka. Sekitar 1.300 pialang beras bertransaksi di Bursa Beras Dojima.
Setelah penentuan mata uang Jepang, beras menjadi mata uang pilihan. Seorang Daimyo yang membutuhkan uang dapat mengirimkan kelebihan berasnya ke Osaka, mendapatkan resi gudang, dan menjualnya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Menjual hasil panen dan menggadaikan panen masa depan menjadi hal lumrah. Kupon beras yang dibuat di Bursa Beras Dojima merupakan kontrak futures pertama di dunia. Kupon beras kemudian dikenal dengan istilah “beras kosong”, beras bukan dalam wujud sebenarnya, atau beras yang belum dipanen. Perdagangan kupon beras menjadi tren setelah pada tahun 1749, sekitar 110.000 karung beras diperdagangkan secara bebas sementara baru ada 30.000 karung beras di seluruh Jepang. (Sumber: Aspen Research Ltd.)

Sekarang
Tidaklah mengejutkan bahwa perdagangan di pasar finansial menjadi sangat populer di Jepang, karena eksisnya tradisi dan pengetahuan dagang selama 400 tahun, digabung dengan etos kerja dan kecerdasan bangsa Jepang. Perdagangan valas sedang nge-tren dewasa ini, bahkan TV Australia, ABC, sekarang menjalankan program TV dokumenter tentang demam perdagangan valas di seluruh Jepang. Banyak pedagang generasi baru yang termotivasi, terdidik, dan mempunyai keberanian tradisional Jepang dan keberanian mengambil risiko. Dalam acara TV tersebut ditunjukkan bahwa yang mendominasi pedagang generasi baru ini adalah kaum wanita.

Seperti Munehisa Homma, pedagang terbaik saat ini membutuhkan senjata. Mereka perlu mengetahui sesuatu yang orang lain belum tahu. Banyak pedagang yang mencoba untuk menciptakan senjata. Kebanyakan di antara mereka menyusun strategi dengan memanfaatkan teknologi. Homma membuat penemuan besarnya dengan mengamati pasar dan pola musiman bertahun-tahun, bahkan dekade. Penelitiannya sangat teliti dan ia mengamati 1500 tahun sejarah perkembangan beras. Penelitiannya baru, unik, dan sangat teliti. Unik berarti dia tidak “berdiri di atas bahu orang lain”, ini berarti ia menciptakan metode baru dalam membaca pergerakan harga di pasar beras. Senjatanya membawa kesuksesan besar, kemasyhuran, keberuntungan, dan kehormatan yang dikenang bangsanya. Ia sungguh orang yang beruntung.

Kesimpulannya adalah:

Paham akan psikologi candle adalah salah satu kunci TA untuk bisa survive di dunia saha/forex yang sangat menyenangkan ini. Nikmati saja kesederhanaannya, kejadulannya, ke kunoannya, insyaallah trading akan semakin FUN.

2 comments:

  1. Assalamualaikum wr wb mas. Wogh blognya bagus banget, semangat menulis dan berbagi ilmu ya. makasih atas artikel nya, ijin ayas copas di blog ayas ya :)

    Sukses buat njenengan dan keluarga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. waalaikum salam wr wb sam,
      sama2 sam, btw itu artikelnya aku dapet dari threatnya sam yuki di indo mt5 loh hehehe :) , sukses juga buat sam yuki dan keluarga, semoga sehat selalu amiinnn

      Delete